Agnieszka Babenberg
Agnieszka Babenberg | |
---|---|
Permaisuri Polandia | |
Berkuasa | 1138–1146 |
Pendahulu | Salomea dari Berg |
Penerus | Viacheslava dari Novgorod |
Adipati Silesia | |
Berkuasa | 1138–1146 |
Pendahulu | penciptaan baru |
Penerus | Viacheslava dari Novgorod |
Kelahiran | skt. 1108/1113 |
Kematian | 24/25 Januari 1163 Altenburg, Kekaisaran Romawi Suci |
Pemakaman | Biara Pforta |
Pasangan | Władysław II Wygnaniec |
Keturunan | Bolesław I Wysoki Mieszko I Plątonogi Ryksa dari Polandia Konrad Laskonogi |
Wangsa | Wangsa Babenberg (melalui kelahiran) Wangsa Piast (melalui pernikahan) |
Ayah | Luitpold III dari Austria |
Ibu | Agnes dari Jerman |
Agnieszka dari Babenberg (bahasa Jerman: Agnes von Babenberg, bahasa Polandia: Agnieszka Babenberg; lahir skt. 1108/13 – meninggal 24/25 Januari 1163), merupakan seorang wanita bangsawan Jerman, keturunan Franken Wangsa Babenberg dan melalui pernikahan Adipati Agung Polandia dan Adipati Silesia.
Agnieszka adalah putri Luitpold III, Markgraf Austria, dan istri keduanya, Agnes, putri kedua dan yang tertua yang masih hidup dari Kaisar Heinrich IV.[1]
Kehidupan
[sunting | sunting sumber]Keluarga dan kepribadian
[sunting | sunting sumber]Melalui ibundanya, Agnieszka berasal dari keturunan Wangsa Salier yang memerintah Kekaisaran Romawi Suci sejak tahun 1024 sampai pamanda dari pihak ibundanya, Kaisar Heinrich V, meninggal tanpa keturunan pada tahun 1125. Agnieszka adalah kakak tiri Friedrich II, Adipati Swabia, dan Konrad III, Raja Jerman sejak tahun 1138 (keduanya lahir dari pernikahan pertama ibundanya dengan Friedrich I, Adipati Swabia). Saudara kandungnya yang lain, salah satu saudarinya, Judith menikah dengan Markis Guilhem V dari Montferrat dan salah satu saudaranya adalah Uskup Otto dari Freising, yang terkenal di kronik abad pertengahan.
Menurut Wincenty Kadłubek, penulis sejarah Polandia dan Uskup Agung Kraków (dan pendapat ini diambil oleh sumber-sumber lain), Agnieszka merupakan seorang wanita yang sangat ambisius, enerjik, dan bangga dengan asal-usulnya. Tidak heran jika Uskup memanggilnya di halaman kronik Polandianya, "Harimau Betina" (bahasa Polandia: tygrysica).
Pernikahan
[sunting | sunting sumber]Penguasa Polandia, Adipati Bolesław III, untuk mempertahankan tanahnya melawan Kekaisaran ingin mendapatkan sekutu kuat terhadap Lothar III dari Supplinburg, yang pada tahun 1125 terpilih sebagai Raja Romawi melawan Adipati Friedrich II dari Swabia. Oleh karena itu ia menempa sebuah aliansi dengan Wangsa Babenberg dan Hohenstaufen, yang, sebagai kerabat Wangsa Salier yang telah punah, adalah saingan alami Lothar. Untuk menyegel aliansi ini, pernikahan antara putra sulung Bolesław III, Władysław dan Agnieszka disepakati. Pernikahan berlangsung pada sekitar tahun 1125; menurut beberapa sejarawan, pasangan ini telah menerima Kadipaten Silesia dari Bolesław III sebagai hadiah.
Adipati Agung Polandia
[sunting | sunting sumber]Bolesław III meninggal pada tanggal 28 Oktober 1138. Dalam wasiatnya, ia membagi Polandia di antara putra-putranya. Sebagai putra tertua, otoritas tertinggi di negara tersebut ditugaskan ke Władysław II dengan gelar Adipati Agung (Princeps). Selain Silesia, ia menerima Provinsi Seniorate (termasuk Polandia Kecil, Polandia Besar timur dan Kuyavia barat) dan kewenangan atas Pommern. Saudara-saudara tirinya, Boleslaw IV, Mieszko III dan Henryk menerima vasal turun-temurun sebagai Adipati kecil. Selain itu, Władysław II juga akan menerima tanah Łęczyca, yang kemudian diberikan oleh Bolesław III kepada janda Salomea dari Berg untuk hidupnya sebagai Oprawa wdowia dan untuk kembali ke Provinsi Seniorate pada saat kematiannya.
Hampir seketika, Adipati Agung memulai upayanya untuk menyatukan negara di bawah pemerintahannya. Wincenty Kadłubek menyatakan bahwa konfrontasi antara Władysław II dan saudara-saudara tirinya terutama dipicu oleh Agnieszka, yang percaya bahwa suaminya, sebagai putra sulung, memiliki hak untuk menjadi penguasa tunggal seluruh negeri.
Untuk memperkuat kewenangan Adipati Agung, diyakini bahwa Agnieszka ambil bagian dalam kejatuhan salah satu bangsawan paling berkuasa di negara ini, voivode Piotr Włostowic, yang mendukung para Adipati kecil. Menurut sebuah legenda, penangkapan Włostowic berkat Agnieszka, karena ia mengirim pengikut-pengikutnya ke kastilnya dan mereka menangkapnya pada malam hari. Acara ini dicatat dalam historiografi kontemporer Jerman; Namun, karena cerita ini tidak dikonfirmasi, namun umumnya tidak diterima oleh sejarawan modern. Agnieszka menuntut kematian Włostowic, namun suaminya memutuskan untuk memberikan contoh kepadanya. Włostowic dibutakan, dibisukan dan dijatuhi hukuman eksil.
Pemecatan dan pengasingan
[sunting | sunting sumber]Pemerintahan tirani Władysław II dan Agnieszka menyebabkan banyak orang mengalihkan kesetiaan mereka kepada para adipati kecil. Pada awal 1146 pasukan Adipti Agung akhirnya dikalahkan di dekat Poznan. Władysław II melarikan diri ke Bohemia, sementara Agnieszka dan anak-anaknya menetap di Kraków, di mana selama beberapa waktu mereka mempertahankan perlawanan terhadap adipati kecil dari Kastil Wawel. Namun, upaya untuk mempertahankan kota tidak berhasil, dan, pada akhirnya, seluruh keluarga dipertemukan kembali di pengasingan.
Setelah beberapa saat di istana Bohemia Adipati Vladislav II, saudara tiri Agnieszka, Raja Konrad III dari Jerman, menawarkan keramahan kepada keluarga kerajaan Polandia, yang menetap di Kaiserpfalz Altenburg. Pada awalnya, tampaknya Władysław II akan segera mendapatkan kembali kekuasaan di Polandia. Ekspedisi Jerman melawan para adipati kecil diluncurkan pada tahun 1146, namun karena banjir Sungai Oder dan tekanan pada raja Jerman oleh Markgraf Albrecht sang Beruang dan Konrad dari Meissen, kampanye tersebut gagal.
Kegagalan ekspedisi tersebut tidak mengecilkan hati Agnieszka, yang melanjutkan usahanya untuk mengembalikan suaminya. Ia meminta campur tangan Paus Eugenius III, yang memutuskan untuk mengajukan pertanyaan di Dewan Reims 1148, dan mengirim utusan Guy ke Polandia untuk mendapatkan pengajuan para adipati kecil. Namun, mereka menolak untuk menerima kembalinya Władysław II, dan Paus mengumumkan larangan atas Polandia. Tindakan Paus memiliki sedikit dampak karena dukungan bersatu dari hierarki gereja Polandia untuk para adipati kecil.
Pada tahun 1152 Raja Konrad III meninggal dan digantikan oleh keponakannya Friedrich Barbarossa. Dengan aksesi penguasa enerjik ini, harapan Agnieszka dan Władysław II untuk kembali ke Polandia dhidupkan kembali. Dengan dorongan dari bibinya, Raja Jerman yang baru meluncurkan sebuah ekspedisi melawan Polandia pada tahun 1157. Kampanye itu sukses tapi tiba-tiba Barbarossa tidak mengembalikan Władysław II ke takhta Polandia. Sebaliknya Adipati Agung Bolesław IV dinyatakan sebagai vasal Kaisar Friedrich dan dipaksa untuk membayar upeti kepadanya. Sebagai kompensasi atas Władysław II, ia memaksa Bolesław untuk menjanjikan restitusi kadipaten Silesia kepada putra-putra Władysław.
Kematian dan akibatnya
[sunting | sunting sumber]Baik Agnieszka dan Władysław II tahu bahwa pertempuran mereka akhirnya hilang. Mereka tinggal di Altenburg, di mana Władysław II meninggal pada tanggal 30 Mei 1159. Hari kematian Agnieszka umumnya ditempatkan oleh sumber-sumber antara 24 dan 25 Januari, namun tahun ini tetap diperdebatkan di kalangan sejarawan dan sumber-sumber. Tentu saja ia hidup lebih lama dari suaminya,[2] dan diketahui bahwa ia tidak kembali ke Silesia bersama anak-anaknya ketika mereka akhirnya dipulihkan dalam warisan mereka pada tahun 1163. Dengan demikian, diyakini bahwa Agnieszka meninggal antara tahun 1160 dan 1163. Ia dimakamkan di biara Sistersien Pforta di dekat Naumburg di sungai Saale.
Keturunan
[sunting | sunting sumber]Agnieszka dan Wladyslaw memiliki keturunan sebagai berikut:
- Bolesław I Wysoki (1127 – 8 Desember 1201).
- Mieszko I Plątonogi (1131 – 16 Mei 1211).
- Ryksa (1140 – 16 Juni 1185), menikah pertama-tama pada tahun 1152 dengan Alfonso VII, Raja Galisia, Kastila dan Leon, kedua pada tahun 1162 dengan Ramon Berenguer II, Comte Provence dan ketiga tahun 1167 dengan Comte Albrecht III dari Everstein.
- Konrad Laskonogi (1146/57 – 17 Januari 1180/90).
- Albert (skt. 1156 - skt. 1168/78).
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Allstrom, Carl Magnus. Dictionary of Royal Lineage (Poland), 1902
- Louda, Jirí and Michael MacLagan. Lines of Succession: Heraldry of the Royal Families of Europe, 2nd edition. London, UK: Little, Brown and Company, 1999.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Marek, Miroslav. "Complete Genealogy of the House of Babenberg". Genealogy.EU.
- ^ Some sources placed her death around 1157; thePeerage.com: Agnes Babenberg.
Agnieszka Babenberg Lahir: skt. 1108/13 Meninggal: 24 atau 25 Januari 1163
| ||
Gelar penyandang kekuasaan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Salomea dari Berg |
Adipati Polandia 1138–1146 |
Diteruskan oleh: Viacheslava dari Novgorod |
Didahului oleh: penciptaan baru |
Adipati Silesia 1138–1146 |
Diteruskan oleh: Viacheslava dari Novgorod |